Meta Menang Gugatan Hak Cipta AI Pelatihan Model Tanpa Izin Dinyatakan Sah?

Jakarta, Indonesia – Raksasa teknologi Meta baru saja meraih kemenangan signifikan dalam kasus gugatan hak cipta terkait pelatihan model AI. Pengadilan federal Amerika Serikat memutuskan bahwa Meta tidak melanggar hukum saat menggunakan 13 buku karya penulis tanpa izin untuk melatih alat kecerdasan buatannya. Keputusan ini berpotensi menjadi preseden penting dalam hukum hak cipta AI.

Keputusan Hakim Vince Chhabria dan Fokus pada Kerugian Pasar

Hakim Vince Chhabria dari Pengadilan Distrik AS menegaskan bahwa penggugat, termasuk komedian terkenal Sarah Silverman dan jurnalis Ta-Nehisi Coates, gagal menyajikan bukti yang cukup bahwa penggunaan buku mereka oleh Meta menimbulkan kerugian finansial. “Pengadilan tidak punya pilihan selain memenangkan Meta dalam klaim bahwa perusahaan melanggar hak cipta,” tulis Hakim Chhabria dalam putusannya. Ia menekankan, “Pertanyaan kunci dalam kasus seperti ini adalah apakah penggunaan tanpa izin akan mengurangi pasar untuk karya asli.” Ini menandai kemenangan kedua dalam seminggu bagi industri AI terkait hak cipta. Sebelumnya, Hakim William Alsup juga memutuskan bahwa Anthropic tidak melanggar hukum karena menggunakan materi berhak cipta untuk melatih model AI-nya.

Implikasi Luas untuk Industri AI dan Konsep Fair Use

Meskipun Meta meraih kemenangan, Hakim Chhabria menggarisbawahi bahwa putusan ini bersifat spesifik untuk kasus tersebut. “Dalam banyak keadaan, penggunaan karya berhak cipta untuk melatih AI tanpa izin adalah ilegal,” tegasnya. Para ahli hukum, seperti Jacob Noti-Victor, profesor hukum di Cardozo, menyoroti pentingnya penekanan Chhabria pada konsep “kerugian pasar”. Pendekatan ini dapat memengaruhi gugatan hak cipta AI serupa di masa mendatang. Di sisi lain, kelompok yang mendukung pelatihan AI sebagai penggunaan “transformatif” menyambut baik putusan ini. Adam Eisgrau dari Chamber of Progress menyatakan, “Pelatihan model AI pada materi berhak cipta jelas bersifat transformative dan termasuk fair use.” Meta pun menyambut gembira keputusan ini. “Model AI open-source mendorong inovasi transformatif, dan kerangka fair use sangat penting untuk teknologi ini,” kata juru bicara Meta, Thomas Richards.

Reaksi Penggugat dan Prospek Kasus Hak Cipta AI di Masa Depan

Pihak penggugat, melalui pengacara mereka di Boies Schiller Flexner, menyatakan keberatan terhadap putusan tersebut. “Pengadilan mengakui bahwa penggunaan karya berhak cipta tanpa izin umumnya melanggar hukum, namun memutuskan mendukung Meta,” ujar mereka dalam pernyataan. Kasus ini hanyalah salah satu dari puluhan gugatan hak cipta AI serupa yang sedang berlangsung di pengadilan AS. Konflik ini mencerminkan ketegangan yang kian memuncak antara industri AI yang berkembang pesat dan para pemegang hak cipta. Sebelumnya, kasus serupa juga mencuat di Kanada antara OpenAI dan koalisi media. Dengan inovasi teknologi AI yang terus melaju, termasuk pengembangan model video AI dari Midjourney, persoalan hak cipta dalam era AI diperkirakan akan semakin kompleks di masa depan.